Kamis, 13 Februari 2014

Puluhan Warga Terjaring Razia Busana Syariah Islam di Aceh

Puluhan Warga Terjaring Razia Busana Syariah Islam di Aceh
Ilustrasi
Newaceh, Banda Aceh : Tim gabungan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Wilayatul Husbah (WH) Aceh menjaring puluhan pelanggar syariah Islam dalam razia rutin warga Banda Aceh itu di Simpang Mesra, Lamnyong, Banda Aceh.Razia busana dalam rangka menegakkan syariah Islam di wilayah serambi Mekah itu, petugas Satpol PP dan WH menjaring sekitar 58 wanita yang berbusana tidak sesuai syariah. Dan 2 laki-laki yang menggunakan celana pendek.
"Tahun 2014, ini untuk pertama kali kita turun lagi melakukan razia busana. Warga sudah banyak mematuhi aturan, pelanggaran sudah menurun dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Kasi Penegakan dan Pelanggaran Satpol PP dan WH Aceh Samsuddin, Rabu (5/2/2014).
Warga nonmuslim yang melintas di kawasan tersebut dan berbusana tidak sesuai syariah juga turut terjaring razia.
"Warga nonmuslim juga kita imbau saat berada di tempat-tempat umum mengenakan busana yang sopan, supaya mereka juga bisa menyesuaikan dengan warga muslim di Aceh," tutur Samsuddin.
Beberapa warga nonmuslim yang berbusana tidak sopan diberi pengarahan dan diimbau agar menggunakan jilbab saat berada di tempat-tempat umum untuk menghormati hukum yang berlaku di kawasan tersebut.
Samsuddin menambahkan, bila ada warga yang telah beberapa kali melanggar qanun syariat Islam, akan dibawa dan diproses di kantor Satpol PP dan WH. "Tidak lagi diberikan sosialisasi di lapangan, tapi dibawa ke kantor, dan meminta orangtuanya atau kerabatnya menjemput," katanya.
Sesuai qanun syariah No. 11 Tahun 2002, setiap warga wajib menggunakan busana sesuai syariah Islam, misalnya dengan menggunakan jilbab dan tidak berpakaian ketat. (Rmn/Yus)

Kader Tewas Dianiaya, Ketua Umum PNA Tuding Polisi Tidak Tegas

Kader Tewas Dianiaya, Ketua Umum PNA Tuding Polisi Tidak Tegas
(Antara Foto//Rahmad)
Liputan6.com, Lhokseumawe : Partai Nasional Aceh (PNA) mendesak pihak Kepolisian Daerah Aceh untuk mengungkap pelaku berbagai kasus kekerasan menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum di Aceh. Desakan itu disampaikan menyusul penganiayaan yang menimpa kader PNA hingga tewas pada Kamis dinihari tadi.
Ketua Umum PNA, Irwansyah menyebutkan, kader partai PNA di Aceh selama ini kerap menjadi sasaran tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kader partai lain. Sejumlah alat peraga dirusak. Selain penganiayaan, ada juga kader PNA yang meninggal. Menurutnya itu terjadi karena lemahnya penegakan hukum oleh pihak kepolisian.
"Aparat penegak hukum tidak tegas. Yang terjadi sepertinya polisi takut atau ada pembiaran," Kata Irwansyah di Aceh, Kamis (6/02/2014).
Irwansyah menambahkan, kekerasan menjelang Pemilu di Aceh dapat diatasi jika aparat bertindak tegas dan tidak membiarkan aksi premanisme tersebut. "Sebenarnya yang terjadi bukan konflik antara PNA dengan PA (Partai Aceh) tetapi karena tidak adanya ketegasan polisi dalam menegakkan hukum," katanya.
Irwansyah mendesak, Kepolsian Aceh untuk mengungkap tak hanya pelaku kekerasan, tapi otak pelaku penganiayaan tersebut hingga menewaskan salah satu kader PNA. "Polisi harus bisa mengungkapnya," tegas mantan Juru Bicara Gerakan Aceh Merdeka wilayah Aceh Besar ini.
Sebelumnya, Ketua PNA Kecamatan Kuta Makmur Juwaini tewas setelah dianiaya dua orang pelaku di kawasan tersebut, pada Kamis pukul 01.30 WIB dini hari.
Kepala Kepolisian Resort Lhokseumawe AKBP Joko Surachmanto menyebutkan, sebelum pengeroyokan tersebut, korban sempat ditanyai oleh kedua pelaku apakah dia menurunkan bendera Partai Aceh di kawasan tersebut.
"Belum sempat dijawab, korban langsung digebukin," ujar Joko melalui sambungan telepon. Polisi saat ini telah mengantongi salah satu identitas pelaku, Polisi juga sedang melakukan pengejaran terhadap kedua pelaku tersebut. (Dji/Adm)

Kader Tewas Dikeroyok, Partai Nasional Aceh Absen Pemilu Damai

Kader Tewas Dikeroyok, Partai Nasional Aceh Absen Pemilu Damai
(Liputan6.com/Windy Phagta)
Liputan6.com, Banda Aceh : 14 Partai peserta pemilu menghadiri deklarasi pemilu damai di Aceh. Acara yang diinisiasi Kapolda Aceh Inspektur Jenderal Polisi Herman Efendi itu hanya tidak dihadiri politisi dari Partai Nasional Aceh.
Partai Nasional Aceh (PNA) menolak mengikuti pertemuan Ikrar Pemilu Damai karena Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan (DPK) PNA Kuta Makmur, Aceh Utara, M Yuwaini tewas dikeroyok semalam. Yuwaini meninggal dunia terkait perusakan umbul-umbul partai di lokasi itu.
"Keluarga Besar Partai Nasional Aceh sedang melayat ke rumah saudara M Yuwaini yang meninggal dunia akibat kekerasan di Kabupaten Aceh Utara," kata Ketua PNA Irwansyah.
PNA menuntut polisi melakukan tindakan nyata, tegas dan mengusut secara tuntas pelbagai kasus kekerasan politik yang terjadi di Aceh. PNA juga menilai adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum terhadap kasus kekerasan bermotif politik yang terjadi di Aceh menjelang pemilu.
"Buat apa pergi, di sana kita duduk, sementara anak buah kami dikasari terus," ujar mantan Panglima Sagoe wilayah Aceh Besar ini. Irwansyah menyebut ada keterlibatan kader Partai Aceh di balik tewasnya Yuwaini.
"Yuwaini meninggal dunia akibat kekerasan yang diduga kuat dilakukan kader Partai Aceh," ungkap Irwansyah.
Bantah
Ketua umum Partai Aceh Muzakir Manaf membantah tuduhan Irwansyah. Menurut mantan Panglima Kombatan GAM ini, kejadian bermula karena kader PNA mencabuti bendera Partai Aceh hingga terjadi keributan dengan masyarakat.
"Saya ingin luruskan ini. Sebenarnya kader PNA yang mencabut bendera Partai Aceh dan merusak umbul-umbul kita di Kecamatan Kuta Makmur. Hingga terjadilah perkelahian. Orang kampung menelepon kader kita untuk melerai," jelas Muzakir Manaf.
Muzakir mempersilakan polisi bekerja dan menindak, karena itu sudah menjadi kewajiban. Muzakir menyerahkan kasus ini kepada polisi.
"Sebenarnya bukan penganiayaan, namun hanya peleraian oleh orang kampung dan simpatisan Partai Aceh. Supaya jangan ada penurunan dan perkelahian di situ," ujar pria yang kini juga menjabat Wakil Gubernur Aceh tersebut. (Ism/Mut)

Petinggi Partai Nasional Aceh Tewas Dianiaya, Pelaku Utama Diburu

Petinggi Partai Nasional Aceh Tewas Dianiaya, Pelaku Utama Diburu
(Liputan6.com/Windy Phagta)
Newaceh, Banda Aceh : Kapolda Aceh Irjen Pol Herman Efendi tengah memburu pelaku penganiayaan yang menyebabkan tewasnya Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan (DPK) Partai Nasional Aceh Kuta Makmur, Aceh Utara, M Yuwaini. 1 Orang yang diduga pelaku utama, menjadi buruan polisi.

belum ketangkap" kata Herman Efendi usai deklasi pemilu damai di Banda Aceh, Aceh, Jumat (07/02/2014).
Polisi sudah mengidentifikasi pelaku tindak kekerasan yang terjadi pada Kamis 7 Februari 2014 dini hari itu. Namun Herman menolak mengaitkan hal tersebut dengan suasana perpolitikan di Aceh yang memanas.
"Saya melihat itu tidak dengan partainya tapi orang yang berbuat kriminal. Sudah saya kejar itu. Bukan lagi saya kejar, sudah saya buru itu," tegas Herman.
Polda Aceh terus berkomitemen untuk menciptakan pemilu yang damai di Aceh dengan merangkul seluruh elemen politik di Aceh. Herman akui Aceh merupakan daerah rawan konflik dan tindakan kekerasan menjelang pemilu 2014 mendatang.
Karena itu polisi telah menyiapkan pasukan pengamanan khusus sambil merangkul para pelaku politik di Aceh. Sebanyak 14 partai di Aceh, termasuk 3 partai lokal mendeklarasikan pemilu damai di Aceh.
Salah satu isi dalam deklarasi, tidak melakukan tindakan pemukulan, pembakaran, penganiayaan, perusakan, terhadap kelompok dan harta benda pada kelompok tertentu. Dari 15 partai, hanya kader Partai Nasional Aceh yang tidak hadir. Deklarasi turut dihadiri Gubernur Aceh Zaini Abdullah. (Ism/Yus
)

Kamis, 06 Februari 2014

Bendera Aceh






















Etnis Tionghoa Aceh Rayakan Imlek

BANDA ACEH | NEWACEH — Warga Banda Aceh yang beretnis Tionghoa memadati empat vihara yang ada di kawasan Peunayong untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2565, Jumat (31/1/2014). Selain sembahyang, perayaan tahun baru Cina itu diramaikan dengan pementasan atraksi barongsai.
Radzie/ACEHKITA.COM
Radzie/ACEHKITA.COM

Pantauan acehkita.com, Vihara Dharma Bhakti di Jalan Panglima Polem Peunayong dipenuhi warga yang berertnis Tionghoa. Mereka bersembahyang, membakar lilin dan dupa.
Ritual etnis Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek dengan shio Kuda ini mendapat perhatian ratusan warga Banda Aceh. Di luar vihara, ratusan orang melihat dari dekat ritual warga Tionghoa merayakan Imlek.
“Tahun ini lebih meriah dibandingkan sebelumnya,” kata Gho Cin San, 55 tahun, kepada acehkita.com.
Menurut Gho Cin San, warga etnis Cina berharap pada Tahun Kuda ini kehidupan menjadi lebih baik, terutama dalam bidang peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kita juga berharap agar kondisi keamanan dan perdamaian di Aceh terus terjaga. Sehingga masyarakat menjadi lebih aman dalam beraktivitas, mencari nafkah,” ujarnya.
Vihara Buddha Sakyamuni juga dipenuhi etnis Tionghoa. Lebih 300 orang melakukan ritual ibadah bersama di vihara tersebut. “Kami berdoa semoga Aceh dilindungi dan tidak ada bencana,” ujar Eddy Aminta, Ketua Vihara Buddha Sakyamuni.
Menurut Eddy, Tahun Baru Imlek merupakan hari kebahagiaan bagi etnis Tionghoa. “Kita bersyukur telah diberikan kesehatan dan kekuatan,” ujarnya.
Tak hanya berdoa, perayaan Tahun Baru Imlek 2565 juga dimeriahkan dengan atraksi barongsai di belakang Vihara Buddha Sakyamuni. Ratusan orang berkumpul untuk menyaksikan pagelaran ini. Tak hanya dari kalangan Tionghoa, warga Banda yang muslim pun ikut berbaur untuk melihat atraksi tersebut. []

Gubernur: Aceh Aman untuk Investasi

BANDA ACEH | NEWACEH — Gubernur Aceh Zaini Abdullah menerima kunjungan kerja Konselor Bidang Hukum, Politik, dan Ekonomi Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Laurence Bain, di Pendopo Gubernur Aceh, Rabu (5/1) siang. Laurence didampingi Sekretarisnya, Annie Hildebrant. Pertemuan ini mendiskusikan kerja sama dan iklim investasi di Aceh. Kepada Dubes, Gubernur bilang bahwa Aceh merupakan wilayah yang aman bagi investasi.
Gubernur Zaini menyebutkan, Aceh memiliki Sumber daya alam yang melimpah. Letak Aceh juga sangat strategis dalam peta dunia, berada di kawasan Laut Hindia yang memungkinkan Aceh terhubung dengan banyak negara di kawasan Asia (Tengara, Selatan), Timur Tengah, Afrika, bahkan Eropa.
“Dengan posisi geografisnya ini Aceh memiliki peluang dan akses yang sangat besar terlibat dalam interaksi perdagangan global dunia dengan membangun kontak-kontak perdagangan dengan negara-negara di kawasan tersebut,” ujar Zaini.
Gubernur juga mengatakan Aceh memiliki potensi besar energi listrik panas bumi yakni geothermal.
Terkait investasi, Zaini Abdullah mengharapkan kerjasama yang sinergis di sektor peternakan, baik capacity building kepada peternak Aceh maupun impor sapi untuk memenuhi kebutuhan industri kecil menengah di Aceh.
“Kebutuhan daging sapi di Aceh sangat tinggi, selama ini disuplai dari Lampung, sementara sapi Lampung diimpor dari Australia. Jadi, lebih baik Aceh langsung menerima sapi impor dari Australia,” kata Gubernur.
Sektor lain, tambah Doto Zaini, juga sangat potensial untuk dikembangkan di Aceh, misalnya sektor perikanan, pertanian, perkebunan dan sebagainya.
“Dan Aceh berbeda dengan provinsi lain, karena Aceh memiliki status otonomi khusus (otsus) yang dibarengi dengan pemberlakuan UU No.11 tentang Pemerintahan Aceh. Dalam UUPA tersebut termaktub pasal-pasal yang memberi peluang bagi penguatan ekonomi Aceh,” ujar Zaini.
Kepada Laurence Bain, Zaini menegaskan bahwa Pemerintah Aceh menjamin keamanan terhadap investor yang ingin menanamkan modalnya. “Aceh saat ini sangat kondusif dan aman untuk investasi,” tegas Zaini.
Sementara itu, Laurence Bain berharap hubungan antara Pemerintah Aceh dan Australia terus berlanjut. Ia sangat appresiatif atas penjelasan dari Pemerintah Aceh terkait gambaran dan potensi Aceh secara komprehensif.
“Australia sangat tersentuh dengan musibah Tsunami, dan kami ikut berkontribusi bersama-saman dalam membangun kembali Aceh pasca Tsunami,” katanya.
Lebih lanjut Ia mengatakan, terkesan dengan suasana Aceh yang aman, panorama yang indah, dan masyarakatnya yang ramah.
“Kami sangat terkesan dengan keindahan Aceh, Aceh aman dan masyarakat yang ramah, ini memungkinkan sekali untuk untuk investasi Australia di Aceh” tandasnya. []